KEBANGKITAN AGAMA ATAU FUNDAMENTALISME AGAMA?:Insight Pemikiran J Habermas Bagi Dinamika Keagamaan Masyarakat Flores Barat
DOI:
https://doi.org/10.60130/ja.v12i01.118Keywords:
Keyword: Keyword: religious revivalism, religious fundamentalism, West Flores, Manggarai Raya, inclusive fundamentalism.Abstract
This writing aims to reveal the concept of religious revivalism, fundamentalism, and the contributions of Jürgen Habermas in addressing the phenomena of religious revivalism on one side and religious fundamentalism on the other. Through a literature review, the author found that the phenomena of religious revivalism and religious fundamentalism are global phenomena. Habermas acknowledges the existence of religious revivalism, and this should be appreciated. However, he also recognizes the tendency towards religious fundamentalism, as evident in the religious behavior of the people in West Flores. In the context of pluralism, such as in the Manggarai, West Flores, religious fundamentalism is unavoidable, but it should not be exclusive. At the core of Habermas's acknowledgment of the use of religious aspirations in the public sphere, he promotes an inclusive fundamentalism.
[Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap konsep tentang kebangkitan agama, fundamentalisme dan bagaimana kontribusi pemikiran filsuf dan sosiolog Jürgen Habermas dalam menyikapi fenomena kebangkitan agama di satu pihak dan fundamentalisme agama pada pihak lain. Melalui studi kepustakaan, penulis menemukan bahwa fenomena kebangkitan agama di satu pihak dan fundamentalisme agama pada pihak adalah sebuah fenomena global. Habermas mengakui adanya fenomena kebangkitan agama dan hal ini harus diapresiasi; namun sekaligus mengakui juga tendensi ke arah fundamentalisme agama, seperti juga terbaca pada perilaku keagamaan masyarakat Flores Barat. Dalam konteks pluralitas seperti masyarakat Manggarai, Flores Barat, fundamentalisme agama tak terhindarkan, namun tidak boleh bersifat eksklusif. Di ujung pengakuan Habermas atas penggunaan aspirasi religius dalam ruang publik, Habermas mempromosikan sebuah fundamentalisme inklusif].











